KATA
PENGANTAR
Segala puji
hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam
selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan
rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Dalam penyusunan tugas atau
materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.
Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu
pandangan tentang hubungan manusia dengan kegelisahan, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Galuh. Saya sadar bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan jau dari sempurna. Untuk itu,
kepada dosen pembimbing saya meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah
saya di masa yang akan datang dan mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.
Ciamis, Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR
ISI .......................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ............................................................................................... .1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... .2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Manusia
terkadang pernah mengalami beberapa permasalahan yang dapat membuat seseorang
mengalami kegelisahan. Kegelisahan berasal dari kata gelisah yang
berartikan tidak tentram hatinya atau cemas. Kegelisahan dapat diketahui
melalui gejala tingkah laku atau gerak-gerik seseorang dalam situasi tertentu.
Nyatanya banyak
hal yang menyebabkan seseorang menjadi gelisah. Diantaranya ada perasaan tidak
tenang dan lain sebagainya. Timbulnya rasa gelisah didalam diri manusia dapat
disebabkan karena ada rasa takut yang berlebihan karena takut kehilangan atas
hak nya dan penyebab yang lain nya.
Dalam
menghilangkan perasaan gelisah, ada beberapa cara yang perlu kita ketahui dalam
mengatasi kegelisahan. Diantaranya dengan bersikap tenang dan memerlukan
sedikit pemikiran untuk intropeksi diri. Apabila kita sudah mengetahui beberapa
cara untuk mengatasi kegelisahan, maka perasaan gelisah dapat dihilangkan atau
diatasi. Sesuai dengan penjelasan diatas, di dalam makalah ini akan lebih
dibahas tentang hubungan manusia dan kegelisahan.
1.2 Rumusan Masalah
Ada beberapa
masalah yang dapat di rumuskan dari latar belakang masalah yaitu :
a)
Bagaimana hubungan
manusia dengan kegelisahan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata “gelisah”. Gelisah
artinya rasa yang tidak tentram di hati atau merasa selalu khawatir, tidak
dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi (menanti), cemas dan sebagainya.
Kegelisahan menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya,
artinya merasa gelisah, khawatir, cemas atau takut dan jijik. Rasa gelisah ini
sesuai dengan suatu pendapat yang menyatakan bahwa manusia yang gelisah itu
dihantui rasa khawatir atau takut. Manusia suatu saat dalam hidupnya akan mengalami
kegelisahan. Kegelisahan yang cukup lama akan menghilangkan kemampuan untuk
merasa bahagia.
Manusia selama ini seringkali tenggelam dalam
kegelisahan. Berbagai penyebab kegelisahan telah menyita waktu dan perhatian
manusia, dan sayangnya banyak yang tidak menyadari betapa mengganggunya
kegelisahan itu. Kegelisahan yang timbul dalam diri kita sebenarnya dibuat oleh
kita sendiri, kita ciptakan mereka di dalam pikiran kita melalui ketidakmampuan
ataupun kegagalan untuk mengerti bahaya perasaan keakuan dan melalui khayalan
yang melambung serta kesalahan dalam menilai setiap kejadian atau benda. Hanya
jika kita dapat melihat suatu kejadian atau benda dengan apa adanya, bahwa
tidak ada sesuatu apa pun yang kekal di dunia ini dan bahwa keakuan kita
sendiri merupakan khayalan liar yang membawa kekacauan dalam pikiran yang tidak
terlatih. Kegelisahan adalah suatu rasa tidak tenteram, tidak tenang, tidak
sabar, rasa khawatir/cemas pada manusia. Kegelisahan merupakan gejala universal
yang ada pada manusia manapun. Namun kegelisahan hanya dapat diketahui dari
gejala tingakah laku atau gerak – gerik seseorang dalam situasi tertentu. Jadi,
kegelisahan merupakan sesuatu yang unik sebagai manifestasi dari perasaan tidak
tenteram, khawatir, ataupun cemas.
Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala
tingkahlaku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Gejala gerak
gerik atau tingkah laku itu umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan
mondar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala, duduk merenung
sambil memegang kepala, duduk dengan wajah murung,malas bicara, dan
lain-lain.kegelisahan juga merupakan ekspresi dari kecemasan. Masalah kecemasan
atau kagalisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi
dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan
tidak tercapai.
Hal ini terjadi karena adanya keterbatasan manusia
untuk dapat mengetahui hal-hal yang akan datang atau yang belum terjadi. Hal
ini terjadi misalnya karena adanya suatu harapan, atau adanya ancaman. Manusia
gelisah karena takut terhadap dosa-dosa dan pelanggaran (yang telah dilakukan),
takut terhadap hasil kerja (tidak memenuhi kepuasan spiritual), takut akan
kehilangan milik (harta dan jabatan), atau takut menghadapi keadaan masa depan
(yang tidak disukai). Sedangkan sumber kegelisahan berasal dari dalam diri
manusia (internal) misalnya rasa lapar, haus, rasa sepi, dan dari luar diri
manusia (eksternal) misalnya kegelisahan karena diancam seseorang.
2.2 Pengertian Manusia
Pengertian Manusia Secara Umum
Manusia dalam bahasa Inggris
disebut man (asal kata dari bahasa Anglo-Saxon), mann). Arti dasar dari kata
ini tidak jelas tetapi pada dasarnya dapat dikaitkan dengan mens (latin), yang
berarti “ áda yang berpikir”. Demikian halnya arti kata anthropos
(Yunani) tidak begitu jelas. Semula anthropos berarti “seseorang yang
melihat ke atas”. Sekarang kata ini dipakai untuk mengartikan “wajah
manusia”.
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia manusia diartikan sebagai “makhluk yang berakal budi” (mampu
menguasai makhluk yang lain). Sedangkan menurut Endang Saifuddin Anshari yang
dikutip oleh. mahmud dan Tedi Priatna manusia adalah hewan yang berfikir.
Berfikir adalah bertanya. Bertanya adalah mencari jawaban. Mencari jawaban
adalah mencari kebenaran. Mencari jawaban tentang Tuhan, alam, manusia, artinya
mencari kebenaran tentang Tuhan, alam, dan manusia. Jadi, pada akhirnya manusia
adalah makhluk pencari kebenaran.
Berikut diuraikan pendapat para
filosof Barat tentang pengertian manusia ini sebagai berikut:
- Plato memandang manusia pada hakikatnya sebagai suatu kesatuan pikiran, kehendak, dan nafsu-nafsu;
- Aristoteles memandang manusia sebagai makhluk rasional yang memiliki kesatuan organik antara tubuh dan jasad;
- Sartre mendefinisikan manusia sebagai “nol yang me-nol-kan” pour soi yang bukan merupakan objek melainkan subjek, yang kodratnya bebas (Loren Bagus, 2000:266)
Jika dilihat dari segi biologis,
hampir tidak dapat dibedakan antara manusia dan hewan. Perbedaan terdapat pada
sisi rohani yang dimiliki manusia, dan akal budinya. Dengan akal inilah manusia
melahirkan kebudayaan dan peradaban. Dengan akalnya tersebut, manusia dapat berimajinasi
dan memiliki tujuan.
Socrates (470-399 SM) yang
dikutip oleh Ahmad Tafsir mengatakan tentang hakikat bahwa manusia adalah
makhluk yang dalam dirinya tertanam jawaban mengenai berbagai persoalan dunia.
Manusia bertanya tentang dunia dan masingmasing mempunyai jawaban tentang
dunia. Lanjut Socrates, seringkali manusia itu tidak menyadari bahwa dalam
dirinya terpendam jawaban-jawaban bagi persoalan yang dipertanyakannya. Oleh
karena itu, perlu adanya bantuan orang lain untuk mengemukakan jawaban-jawaban
yang masih terpendam tersebut. Diperlukan orang lain untuk melahirkan ide yang
ada dalam manusia itu.
Dari kalangan pemikir abad
moderen, pembahasan manusia dapat kita jumpai oleh Dr. Alexis Carrel (peletak
dasar ilmu humaniora Barat) yang dikutip oleh Abuddin Nata mengatakan bahwa
manusia adalah makhluk yang misterius. Kedudukan manusia yang terpisah dari
dirinya menyebabkan aspek kajian dunia luar manusia lebih tinggi. Hal ini
menunjukan bahwa, kajian tentang manusia secara menyeluruh sulit untuk dipahami
dan tidak pernah selesai untuk dikaji. Ketika dari satu aspek selesai dipahami,
maka akan timbul aspek lain yang belum dibahas.
Sejak lahir, seorang manusia
sudah langsung terlibat didalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Dia
dirawat, dijaga, dilatih, dan dididik oleh orangtua, keluarga, dan
masyarakatnya menuju tingkat kedewasaan dan kematangan, sampai kemudian
terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan hidupnya.
Setelah taraf kedewasaan dicapai,
manusia tetap melanjutkan kegiatan pendidikan dalam rangka pematangan diri.
Kematangan diri adalah kemampuan menolong diri sendiri, orang lain, dan
terutama menolong kelestarian alam agar tetap berlangsung dalam ekosistemnya.
Antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas. Karena manusia,
pendidikan mutlak ada; dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri
sendiri sebagai manusia yang manusiawi.
Dengan kegiatan pendidikan dan
pembelajaran secara terus menerus, manusia mendapatkan ilmu pengetahuan yang
sarat dengan nilai kebenaran baik yang universal-abstrak, teoritis, maupun
praktis. Nilai kebenaran ini selanjutnya mendorong terbentuknya sikap perilaku
arif dan berkeadilan. Lebih lanjut, dengan sikap dan perilaku tersebut, manusia
membangun kebudayaan dan peradabannya. Kebudayaan, baik yang material ataupun
yang spiritual, adalah upaya manusia untuk mengubah dan membangun keterhubungan
berimbang baik secara horizontal maupun vertikal (Suparlan).
Manusia merupakan makhluk sosial.
Manusia disebut makhluk sosial karena memiliki faktor-faktor sebagai berikut :
- Sifat ketergantungan manusia dengan manusia lainnya;
- Sifat adaptabiliti dan intelegensi.
2.3 Faktor Kegelisahan
1. Keterasingan
Keterasingan berasal dari kata terasing, dan kata ini berasal dari kata dasar asing.
Kata asing berarti sendiri, tidak dikenal orang.
Sehingga kata terasingkan berarti tersisihkan dari pergaulan, terpisahkan dari yang lain atau terpencil.
Jadi kata keterasingkan berarti hal – hal yang berkenakan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpencil atau terpisah dari yang lain.
2. Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi yang berarti sunyi atau lenggang, sehingga kata kesepian berarti merasa sunyi atau lengang, tidak berteman.
Setiap orang pernah mengalami kesepian, karena kesepian bagian hidup manusia.
Lama rasa sepi itu bergantung kepada mental orang dan kasus penyebabnya.
Kesepian itu akibat dari keterasingan.
Keterasingan dapat disebabkan dari sikap buruk seperti sombong, angkuh, keras kepala, yang membuat manusia diasingkan oleh kehidupan sosialnya. Contohnya ada peribahasa kacang lupa pada kulitnya,ketika sudah berada diatas angin,dia lupa darimana berasal,bagaimana dia berusaha,siapa yang membantunya,itulah yang membuat dia di jauhi oleh lingkungannya
3. Ketidakpastian
Ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu, tidak dapat ditentukan, tanpa arah yang jelas atau tanpa usul-usul yang jelas.
Ketidakpastian adalah sebutan yang digunakan dengan berbagai cara disejumlah bidang termaksud filosofi,fisika, statistika dan lain-lain nya.
Keterasingan berasal dari kata terasing, dan kata ini berasal dari kata dasar asing.
Kata asing berarti sendiri, tidak dikenal orang.
Sehingga kata terasingkan berarti tersisihkan dari pergaulan, terpisahkan dari yang lain atau terpencil.
Jadi kata keterasingkan berarti hal – hal yang berkenakan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpencil atau terpisah dari yang lain.
2. Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi yang berarti sunyi atau lenggang, sehingga kata kesepian berarti merasa sunyi atau lengang, tidak berteman.
Setiap orang pernah mengalami kesepian, karena kesepian bagian hidup manusia.
Lama rasa sepi itu bergantung kepada mental orang dan kasus penyebabnya.
Kesepian itu akibat dari keterasingan.
Keterasingan dapat disebabkan dari sikap buruk seperti sombong, angkuh, keras kepala, yang membuat manusia diasingkan oleh kehidupan sosialnya. Contohnya ada peribahasa kacang lupa pada kulitnya,ketika sudah berada diatas angin,dia lupa darimana berasal,bagaimana dia berusaha,siapa yang membantunya,itulah yang membuat dia di jauhi oleh lingkungannya
3. Ketidakpastian
Ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu, tidak dapat ditentukan, tanpa arah yang jelas atau tanpa usul-usul yang jelas.
Ketidakpastian adalah sebutan yang digunakan dengan berbagai cara disejumlah bidang termaksud filosofi,fisika, statistika dan lain-lain nya.
Ketidakpastian dapat mengakibatkan seseorang merasa gelisah,Contohnya
ketika siswa menunggu pengumuman kelulusan UN,siswa tersebut pasti merasa
gelisah. Oleh karena itu, untuk menyikapi ketidak pastian agar tidak menjadi
kegelisahan yang berlarut-larut kita harus senantiasa berpikir positif,
introspeksi diri dan mengambil pelajaran dari setiap yang kita lakukan, dan
selalu melakukan yang terbaik yang kita bisa.
2.4 Macam-Macam Kegelisahan
Tentang perasaan kegelisahan ini, Sigmund Freud
membedakannya menjadi tiga macam, yaitu :
1. Kegelisahan Obyektif (Kenyataan)
Kegelisahan
ini mirip dengan kegelisahan terapan dan kegelisahan ini timbul akibat adanya
pengaruh dari luar atau lingkungan sekitar.
Contoh :
Tini seorang ibu muda, mempunyai anak berumur dua tahun, Tina namanya.
Tina tumbuh sehat, montok, lucu, lincah, dan sangat akrab dengan ibunya. Hampir
seluruh waktu Tini tercurahkan untuk Tina. Ia keluar kerja demi Tina, anak yang
baru seorang itu. Sekonyong-konyong Tina sakit ; muntah-muntah disertai buang
air. Tini bingung, anaknya segera dibawa kerumah sakit. Kata dokter, Tina harus
dirawat di rumah sakit dan tidak boleh ditunggui. Tina menangis terus, tetapi
ibunya harus meninggalkannya. Tini gelisah, cemas, khawatir, memikirkan nasib
anaknya. Pada contoh
tersebut jelas bagi kita, bahwa kegelisahan yang diderita oleh ibu Tini adalah
karena adanya bahaya dari luar yang mengancam anaknya.
2. Kegelisahan Neurotik (Saraf)
Kegelisahan
ini berhubungan dengan sistem syaraf. Syaraf-syaraf yang bekerja secara alami ketika tubuh merasa terancam atau
mengetahui akan ada suatu hal berbahaya yang akan terjadi. Tubuh tidak
diperintahkan untuk melakukannya. Singkatnya kegelisahan ini ditimbulkan oleh
suatu pengamatan tentang bahaya naluriah.
Contohnya:
Kegelisahan para peserta Indonesia Mencari Bakat ketika akan
mengetahui siapa yang harus pulang pada malam mereka tampil dan kegelisahan
murid-murid sekolah ketika menunggu hasil ujian akhir.
3.
Kegelisahan moral
Kegelisahan
ini mucul dari dalam diri sendiri. Sebagian besar karena rasa bersalah atau
malu dalam ego yang ditimbulkan oleh suatu pengamatan bahaya dari hati nurani.
Hal ini timbul karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai hari nurani dan
sadar atau tidak mereka tahu mana hal yang benar dan mana yang salah. Walaupun
mereka melakukan kejahatan, setiap orang pastilah tahu hal yang dilakukannya
itu adalah salah. Keadaan mungkin yang memaksa mereka melakukannya. Jadi,
mereka tetap mempunyai rasa bersalah dan mengalami kegelisahan moral itu.
Contohnya: Setelah terungkap permasalahan korupsi di tubuh KPU, banyak pihak
yang terkait merasa gelisah.
BAB III
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1 Hubungan Manusia Dengan Kegelisahan
Manusia
dalam hidupnya tidak lepas
dari permasalahan. Manusia dalam hidupnya pasti pernah mengalami kegelisahan.
Gelisah tergolong penyakit batin, penyakit ini dapat menyerang siapa saja, dari golongan apa, dan bangsa apapun. Bila
dibandingkan dengan rasa takut, daerah operasinya lebih luas. Sebab orang yang
pemberani, tak mungkin diserang oleh rasa takut. Atau orang yang mempunyai obat
penangkal takut juga tidak akan dijamahnya. Umpama orang yang pernah
mengerjakan perbuatan salah sudah pasti tidak akan takut untuk dituntut. Begitu
pula seorang yang kaya, pasti tidak akan takut kelaparan, dan sebagainya.
Tetapi walaupun benar, kaya, pandai, jujur, dan sebagainya pasti akan dilanda
perasaan gelisah.
Kegelisahan merupakan rasa kekhawatiran yang ada dalam
diri manusia, rasa ini disebabkan karena kurang tentramnya jiwa seseorang
tersebut, atau rasa tidak tenang (tidak sabar) yang menyebabkan rasa gelisah
ini mincul. Pada hakekatnya sebab-sebab orang gelisah disebabkan karena rasa
takut pada hak-haknya. Namun terlepas dari itu usaha untuk mengatasi kegelisan
sangatlah perlu. Yaitu dengan dimulai dari diri kita sendiri, dengan bersikap
tenang dan tidak terbawa pengaruh emosi dalam jiwa kita. Karena jiwa kita
sendirilah yang dapat kita kontrol untuk terlepas dari rasa kegelisahan.
Kegelisahan
yang sering terjadi pada manusia adalah disaat seseorang pernah melakukan
sebuah perbuatan buruk. Hal ini lah yang membuat seseorang mengalami
kegelisahan. Hatinya tidak tenang, dia merasa cemas. Karena terlalu memikirkan
perbuatan buruk yang sudah dilakukannya. Akhirnya orang tersebut terlihat
murung, menyendiri dan merasa kesepian dan terasing.
Cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi dan mencegah kegelisahan yaitu
:
a. Dengan
memerlukan sedikit pemikiran yaitu, pertama kita menanyakan pada diri kita
sendiri (instropeksi), akibat yang
paling buruk yang bagaimanakah yang akan kita tanggung atau yang akan terjadi,
mengapa hal itu terjadi, apa
penyebabnya dan sebagainya.
b. Kita
bersedia menerima sesuatu yang terjadi pada diri kita dengan rasa tabah dan
senang hati niscaya kecemasan tersebut akan sirna dari jiwa kita. Bersamaan
berjalannya waktu kita dapat mencoba untuk memperkecil dan mengurangi
keburukan-keburukan akibat timbulnya kecemasan tersebut dalam jiwa kita.
c. Cara yang paling ampuh untuk mengatasi kegelisahan adalah kita memasrahkan
diri kepada Tuhan. Kita pasrahkan nasib kita sepenuhnya kepada Tuhan karena
Tuhan pasti memilihkan jalan yang terbaik untuk hamba-Nya, jadi mengapa kita
harus merasa gelisah jika Tuhan melindungi hamba-Nya.
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari uraian pembahasan mengenai MANUSIA dan
KEGELISAHAN yang telah kami paparkan pada bab terdahulu, maka kami dapat
menyimpulkan bahwa kegelisahan merupakan bagian hidup manusia. Tiap manusia,
dengan tidak memperdulikan segala latar belakang dan kemampuannya, pasti
akan mengalami kegelisahan, entah sebentar atau lama, relative ringan ataupun
berat. Yang demikian ini boleh jadi sangat wajar mengingat manusia mempunyai
hati dan perasaan.
Berbicara tentang manusia, berbicara pula tentang
media tempat manusia hidup yaitu Dunia. Untuk bisa memahami hakikat manusia
maka harus pula memahami hakikat dunia dan hakikat kehidupan manusia didunia.
Pada dasarnya konsep mendiami dunia mengandung arti pemenuhan kebutuhan atas
aspek-aspek yang membentuk manusia. Apabila manusia tidak bisa menjaga hakikat
dirinya dan hakikat hidupnya maka yang timbul adalah kegelisahan .sumber dari
kegelisahan adalah hawa nafsu dan sikap pamrih (tidak ikhlas). Kedua hal ini
akan menyebabkan munculnya sikap keserakahan dan konflik yang juga memunculkan
ketakutan, kekecewaan, dan pada akhirnya adalah kegelisahan.
Adapun bentuk-bentuk kegelisahan
berupa keterasingan, kesepian, dan ketidakpastian mempunyai hubungan yang erat
dan mempengaruhi satu sama lain. Keterasingan dalam satu dan lain kesempatan
bisa membuahkan kegelisahan. Dan sebaliknya, kegelisahan yang begitu hebat bisa
saja menimbulkan keterasingan. Kemudian dari keterasingan yang dialami
seseorang bisa saja menciptakan kondisi kesepian dan karena kesepian
itupun bisa saja menimbulkan ketidakpastian. Keterasingan bisa jadi merupakan
perilaku sosiopatik dan sikap apatis yang tidak menyadari bahwa manusia
adalah makhluk yang bermasyarakat dan tidak bisa hidup sendiri. Untuk mengatasi
kegelisahan yang dialami manusia, cara yang paling ampuh adalah kita dituntut
untuk bersifat qana’ah (berpikir positif) kembalikan semuanya kepada Allah SWT
dan selalu mengingat Dia.
4.2 Saran
Penulis bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari pembaca.
Penulis akan menerima kritik dan saran tersebut sebagai bahan pertimbangan yang
memperbaiki makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah berikutnya dapat
penulis selesaikan dengan hasil yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Soelaeman, Munandar. 2000. Ilmu
Sosial Budaya Dasar. Zimbabwe : Refika Aditma
http://manusiadankegelisahan77.blogspot.co.id/
http://ihsanrizki48.blogspot.co.id/2015/05/hubungan-manusia-dengan-kegelisahan.html
http://ariplie.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-manusia-secara-umum-menurut.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar